Jumat, 16 Mei 2014

Cerpen Gadis Di Seberang Jalan

Gadis di Seberang Jalan
            Namaku Guntur.Kini usiaku menginjak remaja,tidak salah bagiku untuk mencari setiap kebahagiaanku,dan juga tidak menjadi hal yang tabuh apabila aku ingin mengenal sifat dari lawan jenisku. Tersirat keinginanku untuk mencoba mendekati lawan jenis.Aku ingin merasakan indahnya masa muda diusia puberku ini.Apalagi ketika ada keluarga yang baru pindahan dari Palembang di depan rumahku.Terlebih lagi ketika aku dengar dari ibuku kalau warga pindahan dari Sumatera tersebut mempunyai tiga anak,dan salah seorang dari mereka adalah perempuan yang seumuran denganku.
            Hari berganti hari,aku sangat bosan ketika semuanya hanya aku isi dengan tugas-tugas rumah yang menumpuk,tetapi bagaimana lagi itu sudah merupakan tugasku sebagai seorang pelajar.aku ingin sekali berkenalan dengan dia.Akan tetapi semua itu aku kira sangat sulit untuk terlaksana.Bagaimana tidak,didalam keluarganya memiliki sebuah budaya dimana anak-anaknya tidak boleh berkenalan apalagi bermain dengan lawan jenis walaupun sebaya.

            Kesehariannya setiap kali keluar dari rumah,seluruh tubuh dan mukanya selalu ditutupi dengan sebuah pakaian berwarna hitam panjang dari kaki hingga ujung rambutnya yang disebut dengan cadar.Oleh karena pakain yang dikenakan olehnya itu maka tidak ada satupun dariku maupun tetangga-tetanggaku yang penah melihat parasnya.Akan tetapi karena aku sering sekali melihatnya tidak sulit bagiku untuk membedakan apakah itu dia atau bukan.
            Sebuah tanya kadang timbul dipikiranku.”Apakah dibalik kain hitam itu akan aku dapati seorang yang memiliki paras yang memepesona?”sebuah pertanyaan yang olehku sulit untuk mendapatkan jawabannya.Aku belum pernah lihat langsung wajahnya,tetapi menurut cerita ibuku yang pernah masuk ke rumahnya,Perempuan yang membuat aku penasaran itu, ibuku bilang kalau  dia,”cantik,putih,bersih,berambut panjang,mancung dan ramping”.itu yang membuat aku semakin penasaran.
            Minggu berganti,datanglah seorang wanita yang memakai cadar hitam yang sama datang ke rumahnya  untuk diajak  berangkat sekolah dengan bersepeda.Saat itu aku juga sedang bersiap diri untuk berangkat sekolah juga,maka tidak sengaja aku dengar mereka sedang berbincang-bincang
Tamu,”Assallaumalaikum?”
Ibu,”Waallaikumussalam.”
Tamu,”Fatimahnya sudah berangkat belum ummi?”
Ibu,”Belum nak,Ummi panggilkan dulu ya?Fat dicari temanmu?”
Fatimah,”Iya ummi,Ini sudah selesai.”
Setelah itu aku tahu  jika nama dari wanita dibalik cadar hitam itu adalah Fatimah.Pernah pada suatu saat Ibuku mau mengantarkan kepada keluarganya sebuah makanan kotak dari tetanggaku yang sedang ada acara pernikahan.Karena aku penasaran sekali dan ingin melihat dia,aku bilang ke ibuku kalau aku saja yang menghantarkan makanan itu ke rumah Fatimah.
Aku,”Assalamualaikum.”
Fatimah,”Waalaikumsalam?,siapa ya?”
Aku,”tetangga depan rumah,ini mau mengantarkan makanan.”
Fatimah,”Taruh saja di jendela nanti aku ambil!”
karena aku yakin kalau itu suara dari Fatimah maka aku tidak mau menuruti apa yang diperintahkannya.Jujur aku ingin sekali melihat wajahnya.
Aku,”Kamu keluar sendiri ya.”
Fatimah,”Taruh aja di jendela nanti aku ambil.”
Aku,”Owh tidak bisa,kamu keluar now.’
Beberapa lama kemudian dia kenakan lagi cadaranya untuk mengambil makanan yang aku bawakan.Ketika dia menjulurkan tangan untuk mengambil makanan yang aku bawa,aku lihat tangannya putih sekali.Ketika berjalan pulang,sebuah tanya terbersit dibenakku,”Apakah dia pakai cadar karena kecantikannya tidak boleh dilihat oleh orang umum?”
Entahlah,yang jelas paling tidak aku pernah dekat sesaat dengan dia.
            Aku merasa sedikit kehilangan cahaya harapan ketika tahu kalau Fatimah akan pindah.Aku tahu dari ibuku jika keluarganya mengontrak disini Cuma satu tahun saja.Serta kurang dua minggu lagi aku dengar di akan pindah.Padahal pertanyaanku tentang kapan aku bisa dekat dan melihat parasnya belum juga terjawab.Kegelisahan sering kali menyeruak dikalbuku.
            Beberapa hari ini aku tidak melihat dia.Suaranya pun juga tidak pernah aku dengar lagi.Pagi biasanya ketika akan berangkat sekolah aku sering melihat dia tetapi kini sudah tidak aku dengar lagi.Aku dengar dari ayahnya langsung jika Fatimah kini berada di rumah neneknya di Palembang serta tidak akan balik ke Solo.
            Hari yang tidak aku inginkan akhirnya terjadi juga.Sebuah mobil bak terbuka berhenti tepat di depan rumahnya.Semua orang tampak membantu keluarga Fatimah untuk mengangkat barang ke atas mobil itu tak terkecuali aku.Semua barang-barang yang ada di rumah Fatimah telah selesai di angkat ke atas mobil bak.Meskipun begitu kekecewaan masih ada dalam diriku karena rasa penasaranku belum terpuaskan.
            Sore hari ketika rumahnya telah dikosongkan,diam-diam aku masuk ke rumahnya dan masuk ke ruangan-ruangannya.Ketika masuk pada salah satu ruangan,aku dapati beberapa fotonya tertempel di dinding.Meskipun foto yang tertempel di dinding itu belum tentu foto dari Fatimah tetapi aku yakin bahwa itu adalah dia.Karena foto yang aku lihat ini sama seperti ciri-ciri fisik yang diceritakan oleh ibuku beberapa bulan yang lalu.

            Walau aku tidak lagi bisa melihat perempuan bercadar itu lagi,akan tetapi beberapa foto yang aku genggam ini minimal sudah bisa mengurangi penasaranku akandirinya.Doaku kepada Yang Maha Kuasa,”Ya Allah,Jodohkanlah Aku dengan dia Ya Allah.Apabila dia bukan Jodoh hamba,maka jauhkanlah dia dari hamba ya Allah”

Tidak ada komentar: